Thursday, October 17, 2024

MAKNA TUHAN DALAM KACAMATA SITI JENAR

 Makna Tuhan dalam kacamata Siti Jenar, seorang tokoh sufi kontroversial dari Jawa yang hidup pada abad ke-15, erat kaitannya dengan konsep wahdatul wujud (kesatuan wujud), sebuah pandangan mistik yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah satu dengan Tuhan. Menurut Siti Jenar, Tuhan bukanlah entitas yang terpisah dari manusia dan dunia, melainkan hadir di dalam setiap makhluk dan fenomena. Pandangan ini sering kali dipahami sebagai ajaran bahwa Tuhan dan alam semesta tidak terpisah, dan bahwa Tuhan ada di dalam diri manusia.

Dalam ajarannya, Siti Jenar menekankan bahwa manusia dapat mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui proses spiritual yang mendalam. Ketika seseorang mencapai puncak spiritualitas, mereka menyadari bahwa jiwa mereka sebenarnya adalah bagian dari Tuhan. Karena itulah, ajaran Siti Jenar sering kali dipandang bertentangan dengan ajaran Islam mainstream yang memisahkan antara Tuhan sebagai Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.

Pandangan Siti Jenar ini sering disebut sebagai panteisme, di mana Tuhan dianggap menyatu dengan alam. Namun, ajarannya mendapat banyak kritik dari para ulama konservatif pada masanya, yang menganggap ajaran ini berbahaya karena dapat membingungkan konsep ketauhidan (keesaan Allah) dalam Islam.

Siti Jenar juga sering mengajarkan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang ditakuti, melainkan hanya transisi menuju kehidupan sejati bersama Tuhan. Bagi pengikutnya, kematian hanyalah kembali kepada sumber ilahi, dan tidak ada pemisahan antara yang hidup dan yang mati dalam hakikat keberadaan.

Secara keseluruhan, makna Tuhan dalam pandangan Siti Jenar adalah sesuatu yang sangat personal dan imanen, yang hadir dalam seluruh aspek kehidupan dan eksistensi manusia.

BY. FAUZAN

Selengkapnya -

Cahaya di Jalan Ilmu: Perjalanan Santri Menuju Kebijaksanaan

Perjalanan seorang santri adalah perjalanan yang penuh makna dan ketekunan. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang menawarkan beragam kemewahan dan kesenangan sesaat, para santri memilih jalan yang sunyi namun mulia: jalan ilmu. Bukan tanpa alasan, jalan ini dipilih karena mereka percaya bahwa ilmu adalah cahaya yang akan menerangi hidup, mengarahkan langkah mereka menuju kebijaksanaan yang hakiki.

Di pondok pesantren, santri dididik untuk tidak hanya pandai dalam teori, tetapi juga matang dalam sikap dan perilaku. Setiap hari, mereka menyusun mozaik kebaikan dari setiap pengajian, tadarus, hafalan, dan diskusi ilmiah yang mereka jalani. Bagi mereka, ilmu bukan sekadar pengetahuan yang ada di dalam buku, tetapi merupakan warisan para ulama yang perlu dipelihara dengan hati yang tulus dan niat yang ikhlas.

Tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi para santri dalam perjalanannya. Kadang, jalan itu terasa berat, dipenuhi kesulitan, dan terkadang memunculkan rasa lelah. Namun, mereka sadar bahwa tantangan itulah yang mengasah ketabahan dan keikhlasan. Mereka terus belajar bahwa keagungan ilmu tidak hanya datang dari seberapa banyak yang dipelajari, tetapi juga dari seberapa besar kesungguhan hati dalam mengamalkannya.

Sebagai pelajar yang mendalami agama, para santri paham bahwa ilmu adalah amanah. Mereka tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga memperhatikan bagaimana ilmu yang mereka dapatkan dapat membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas. Mereka adalah calon pemimpin, yang kelak akan menjadi penerang di tengah-tengah umat, membawa nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan dalam setiap keputusan yang diambil.

Ilmu bagi para santri ibarat lentera di tengah kegelapan. Ia memberikan pandangan yang jelas, menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil. Dengan ilmu, mereka menemukan jalan yang lurus dan selamat, yang membawa kedamaian di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Perjalanan mencari ilmu adalah perjalanan tanpa akhir. Bahkan ketika seseorang telah menyelesaikan satu tahap pembelajaran, akan selalu ada ilmu baru yang menanti untuk dipelajari. Inilah yang menjadikan para santri terus bersemangat, karena mereka tahu bahwa ilmu adalah bekal terbaik yang bisa mereka bawa sepanjang hidup. Ilmu yang mereka raih tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk memperbaiki dunia dan membawa keberkahan bagi sesama.

Santri, dengan semangat dan ketekunannya, adalah simbol dari cahaya di jalan ilmu. Mereka membuktikan bahwa untuk menjadi bijaksana, seseorang harus berani melangkah, bersabar dalam proses, dan ikhlas menerima setiap pelajaran. Di sinilah kebijaksanaan lahir—bukan hanya dari buku, tetapi dari kesadaran mendalam bahwa ilmu adalah karunia yang harus dijaga dan diamalkan.

Teruslah berjalan di jalan ilmu, wahai santri. Jadilah cahaya yang menerangi dirimu dan sekitarmu. Sebab, hanya dengan ilmu yang disertai kebijaksanaan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik, penuh kebaikan dan keberkahan.

by. Fauzan

Selengkapnya -
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou