Kebaikan kita pada sesama adalah KEBUTUHAN diri
kita sendiri. Kebaikan akan berbuah kebaikan. Karena setiap kebaikan yang kita
lakukan pada sesama akan kembali untuk diri kita sendiri, bahkan satu kebaikan
akan kembali pada diri kita secara berlipat. Demikian juga sebaliknya, setiap
kejahatan akan berbuah kejahatan pula. Kita suka mempersulit orang lain, maka
dalam urusan-urusan kita akan sering menemukan kesulitan. Kita gemar menolong
dan membantu sesama, maka hidup kita akan selalu mendapatkan kemudahan.
Kebiasaan mengharap dan menghitung pahala
terhadap setiap perbuatan baik hanya akan membuat keikhlasan seseorang menjadi
tidak sempurna. Kebiasaan itu juga mencerminkan sikap yang serakah, lancang,
picik, dan tidak tahu diri. Karena menyembah Tuhan adalah kebutuhan manusia,
bukan kebutuhan Tuhan.
Seseorang yang menyembah Tuhan dengan tanpa
pengharapan akan mendapat pahala atau surga dan bukan atas alasan takut dosa
atau neraka, adalah sebuah bentuk KEMULIAAN HIDUP YANG SEJATI.
Rasa sukur kepada Tuhan melalui sembahyang atau
ucapan saja tidak lah cukup, tetapi lebih utama harus diartikulasikan dan
diimplementasikan ke dalam bentuk tindakan atau perbuatan baik kepada sesama
dalam kehidupan sehari-harinya.
Menyembah Tuhan, dan berbuat baik pada sesama,
bukanlah KEWAJIBAN (perintah) yang datang dari Tuhan, melainkan diri kita
sendiri yang mewajibkan.