Sesungguhnya seseorang hanya dapat lurus dengan
lurusnya hati dan anggota badan. Adapun
lurusnya hati disebabkan oleh dua faktor:
Pertama, hendaknya kecintaan kepada Allah lebih
diutamakan daripada kecintaan kepada apapun selain-Nya. Jika bertentangan
antara kecintaan kepada Allah dengan kecintaan yang selain-Nya maka harus
dimenangkan kecintaannya kepada Allah dari yang selain-Nya, kemudian
mengerjakan apa-apa yang menjadi tuntutannya. Alangkah mudahnya klaim, dan
alangkah sulitnya mewujudkannya dalam amalan,
"tatkala diuji barulah kelihatan mana orang yang mulia, mana
pula yang hina."
Betapa banyaknya manusia yang lebih mendahulukan
kecintaannya kepada dirinya sendiri, hawa nafsunya, pembesarnya, pemimpinnya,
syaikhnya atau keluarganya dibanding dengan kecintaannya kepada Allah Ta'ala.
Dia tidak menaruh rasa cintanya
kepada Allah di hatinya dengan sepenuh cinta, tidak pula mendominasi di
hatinya. Sunnatullah bagi orang yang
memiliki keadaan seperti ini, maka Allah akan menjadikannya dibuat susah oleh
sesuatu yang dia cintai, dan akan sulit baginya
untuk mendapatkan apa yang
dia cintai. Ia tidak akan mendapatkan
apa-apa selain kesusahan dan kesulitan, sebagai
balasan baginya karena ia telah mendahulukan
hawa nafsunya, atau hawa nafsu makhluk yang diagungkan dan dicintainya melebihi
kecintaannya kepada Allah Ta'ala.
Kedua, sarana yang dapat meluruskan hati adalah
mengagungkan (memperhatikan) perintah dan larangan, dan hal itu dilandasi oleh
pengagungan terhadap Yang memerintah dan melarang (yakni Allah). Karena
sesungguhnya Allah Ta'ala telah mencela orang yang tidak mengagungkan perintah
dan larangan-Nya.