main |
sidebar
- Konon,
bahkan belum ada ruang maupun waktu apa - pun. Zat - Nya sendiri. Ia - pun
sedih karena kesendirian - Nya. Tapi karena Zat - Nya adalah Wujud Mutlak
Tiada Berbatas. Benar-benar tak ada apa - pun selain Zat - Nya.
- Pembatas
dari Zat - Nya adalah ketiadaan mutlak. Dan sungguh ketiadaan mutlak benar
- benar tak punya bahkan potensi apa-pun untuk membatasi dalam arti
apa-pun.
- Maka Ia
menyaksikan ke-Esa-an Wujud - Nya dengan Wujud - Nya sendiri. Dan bukankah
Ia disebut sebagai Yaa Munfarid.
- Maka
dengan Kelembutan - Nya, didengarlah potensi - potensi yang maha
tersembunyi dalam palung - palung tergelap ketiadaan. Itulah doa-doa diam
kita yang masih merintih - rintih dalam ketiadaan. Dalam kegelapan.
- Siapakah
yang merintih, siapakah yang berdoa, siapakah potensi - potensi itu? Tiada
lain adalah Nama - Nama dari diri - Nya sendiri yang merintih kesakitan,
kerna ingin dikenali. Sebagian orang menyebutnya sebagai a’yaanuts-tsaabit
(bakat-bakat yang tetap). Sebagian orang menyebutnya sebagai Idea.
Sebagian orang menyebutnya sebagai archetype.
- Nama-Nama,
a’yaanuts-tsaabit, idea, archetype, tidak mempunyai Wujud
Mutlak. Maka, Ia dengan Wujud-Nya mengecup Nama-Nama - Nya sendiri, kun
fayakun. Jadilah, maka jadilah ia.
- Maka
dikatakan dalam sebuah hadits qudsi, “Aku adalah perbendaharaan yang
tersembunyi. Aku ingin dikenali. Karena itu Aku ciptakan makhluk-makhluk,
agar aku dikenali di dalam makhluk-makhluk tersebut.”
- Maha
Suci Zat-Nya dari semua apa yang kita sifatkan! Makhluk - nya tidaklah
‘ada’ melainkan hanya bak bayangan fatamorgana. Makhluk - nya, - apakah
ruang, waktu dan segala alam yang maujud-, hanyalah khayalan. Hanyalah
Nama - Nama dari Zat yang Satu.
- Wahai
Yang Maha Sendiri dalam Ke-Tunggalan-Nya, telah kaudengarkan doa-doa diam
kami dalam ketiadaan dan kausentuh kami dalam ketiadaan dengan Wujud - Mu
Yang Maha Cantik. Maka, kini ke-Cantik-an dan ke-Indah-an Wujud - Mu
mengalir, dan dadaku dipenuhi airmata darah kerinduan atas Wujud - Mu.
Wahai Yang Maha Ada, kaucicipkan manisnya Wujud-Mu pada ‘bayangan
ketiadaan’ ini, maka apatah setrilyun lidahku yang tertekuk mampu
mengungkap manisnya Syukurku, sedangkan Engkau sendirilah Yaa Syakuur.
- Maka
ada - lah berjuta hikmah yang terlantunkan dari doa Amirul Mukminin ‘Ali
bin Abi Thalib (k.w.), Allohumma yaa man dala’a lisaanash-shobaahi bi
nuthqi tabaljih. Wa saro’a qitho’al-lailil-muzhlimi bighoyaahibi
talajlujih. Wa atqona sun’al falaqid dawwaari fiya maqoodiiri tabarrujih,
wasya’sya’a dhiyaa`asy-syamsi binuuri ta`ajjujih. Yaa man dalla ‘ala
dzaatihi bidzaatihi,..... (Doa Ash-Shobah). Diumpamakan dalam doa ini
betapa Ia memotong-motong kegelapan malam (baca ; ketiadaan), dan
menggantinya dengan terangnya matahari (baca; Cahaya Wujud-Nya), membuat
segala yang ada Gemilang dalam Samudra Wujud-Nya, Samudra Ke-Tunggalan
Zat-Nya.
- Subhanallooh,
Yaa
Allah , dengan Rahmat - Mu telah kaukuakkan fajar ketiadaan ke dalam
Kegemilangan Kesempurnaan Zat-Mu Yang Esa. Kasihanilah tetesan airmata
hambamu, - bayangan ketiadaan yang telah kaukasihani ini-, dan rahmatilah
ia menuju menatap Wajah - Mu Yang Esa.
- Kasihanilah
hambamu yang mahamiskin dan mahahina ini, - yang bahkan tak mempunyai wujudnya
sendiri ini-, Duhai Pemilik Segenap Keindahan dan Kemuliaan. Dengan berkah
Sholawat pada Muhammad dan keluarganya.
Design by Abdul Munir | Edited By Djava.Jr | Supported By VanLou