Untuk mencapai tujuan taqwa manusia yang
berpuasa tersebut seharusnya belajar menghayati arti puasa itu sendiri.
Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan pemahaman terhadap dua hal pokok
menyangkut hakikat manusia dan kewajibannya di bumi ini.
Pertama, manusia
diciptakan Tuhan dari tanah, kemudian dihembuskan kepadanya Ruh ciptaan Nya dan
diberikan potensi untuk mengembangkan dirinya hingga mencapai satu tingkat yang
menjadikannya wajar untuk menjadi khalifah (pengganti) Tuhan dalam memakmurkan
bumi ini. Dalam kitab perjanjian lama dan demikian pula dalam kitab-kitab
hadits, ditemukan bahwa Tuhan menciptakan manusia menurut “petaNya”, dalam arti
diberi potensi untuk memiliki sifat-sifat Tuhan sesuai dengan kemampuannya
sebagai makhluk.
Kedua, dalam perjalanan manusia menuju
kebumi, ia (Adam) melewati (transit di) surga, dengan tuhjuan agar pengalaman
yang diperolehnya disana dapat dijadikan sebagai bekal untuk menyukseskan tugas
pokoknya dibumi ini (kholifatu fil ardhi). Pengalaman tersebut antara lain
adalah persentuhannya dengan keadaan di surga itu sendiri. Disana telah
tersedia segala macam kebutuhan manusia, yaitu sandang, pangan serta
ketenteraman lahir bathin.