Jalan itu adalah:
1.
Muhasabah
Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan
kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi
dalam diri kita.
2.
Mu’ahadah
Yaitu mengingat-ingat kembali janji
yang pernah kita katakan. Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah
kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين (Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong).
Kemudian kita berjanji ; “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena
Allah Rabb semesta alam”. Dengan demikian, ada baiknya kita kembali
mengingat-ingat janji dan sumpah kita. Semakin sering kita mengingat janji,
insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai
ketakwaan. Inilah yang disebut dengan mua’ahadah.
3.
Mujahadah
Adalah bersungguh-sungguh kepada
Allah Swt. Allah menegaskan dalam firmannya : "Orang-orang yang sungguh (mujahadah)
dijalan Kami, Kami akan berikan hidayah kejalan kami".
Terkadang kita ibadah tidak dibarengi
dengan kesungguhan, hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa
dan menapaki kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang
ingin menjadi orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan
adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan
mu’ahadah.
4.
Muraqabah
Adalah senantiasa merasa diawasi oleh
Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita
mengawali awal tahun dan menutup tahun yang lalu. Perasaan selalu merasa
diawasi oleh Allah dalam bahasa hadisnya adalah Ihsan.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
”الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"
artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.
Muraqabah atau ihsan adalah diantara
jalan ketakwaan yang harus kita persiapkan dalam menyongsong dan mengisi
lembaran tahun baru.
Dulu dimasa sahabat, sikap muraqabah
tertanam dengan baik dihati setiap kaum muslimin. Kita bisa ambil sebuah contoh
kisah. Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang
anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada
anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak
gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar
menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada
tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan
tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi
mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Lihatlah, seorang anak gembala yang
tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki
sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dalam
segala hal. Itulah yang disebut dengan muraqabah. Muraqabah adalah hal yang
sangat penting ketika kita ingin menjadikan takwa sebagai bekal hidup kita
ditahun ini dan tahun yang akan datang. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap
muslim, insya Allah kita tidak akan terjerumus pada perbuatan maksiat. Imam
Ghazali mengatakan : ‘Aku yakin dan percaya bahwa Allah selalu melihatku maka
aku malu berbuat maksiat kepada-Nya”.
5.
Mu’aqobah
Artinya, mencoba memberi sanksi
kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan
sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar
kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat
subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya.
Manakala diri terlewat membaca al-Qur’an ‘iqoblah diri dengan memberi bantuan
kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri
kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut
mu’aqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu
mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.