Syahid Tsani berkata,
“Tatkala Anda
selesai melakukan tasyahhud, bayangkanlah bahwa diri Anda tengah
berada di hadapan Rasulullah Saw.,
para malaikat
yang dekat
dengan Allah, dan para nabi dan imam, serta malaikat penjaga yang
bertugas mencatat amal perbuatan Anda,
lalu ucapkanlah, Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh. Perhatikan kata ganti kum dalam kata ‘alaikum yang bermakna kalian.
“Dengan demikian, selama
Anda tidak menentukan siapa yang
hendak Anda beri salam, jangan
Anda mengucapkannya. Sebab, yang
demikian itu Anda menganggap salam yang Anda ucapkan adalah
tidak berarti sia-sia belaka. Jika
Anda menjadi imam shalat berjamaah,
selain dari yang telah disebutkan, tambahkanlah niat untuk memberi salam
kepada para makmum. Sedangkan mereka (para makmum), dalam mengucapkan salam pertama, adalah demi menjawab
salam Anda. Sedangkan salam mereka yang kedua adalah demi memberi
salam kepada para nabi, para
imam, para malaikat. Jika
melaksanakan kewajiban salam
semacam ini, Anda layak untuk
mendapatkan penghormatan dari sisi Allah
Swt.”
Imam Ja‘far Al-Shadiq berkata, “Arti salam dalam akhir
shalat adalah keamanan dan keselamatan. Yakni, seorang yang melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul-Nya dengan hati khusyuk dan
tunduk, aman dari bencana dunia dan terhindar dari
siksa akhirat. Salam merupakan salah
satu nama Allah yang
dititipkan kepada para
makhluk-Nya, agar mereka menggunakannya
sebagai landasan dalam
mengadakan transaksi, memelihara amanat, dan sebagai pendukung
demi terciptanya hubungan dan
pergaulan yang baik di antara
mereka.”