Suatu hari pada musim haji, Abdullah bin
Mubarak yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci tertidur di Masjidil Haram. Dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan seorang malaikat yang memberitahunya bahwa ibadah haji umat Islam tahun itu diterima Allah hanya karena kebaikan seorang tukang sepatu. Sehabis itu Mubarak terbangun. Betapa penasarannya beliau dengan mimpi itu dan betapa penasarannya beliau dengan tukang sepatu yang diceritakan malaikat dalam mimpinya itu. Apa gerangan yang dilakukan tukang sepatu itu sehingga menyebabkan ibadah haji seluruh umat Islam tahun itu diterima Allah? Beliau lalu mencari tahu siapa gerangan tukang sepatu itu
dan dimana tempatnya. Hingga akhirnya beliau berhasil menemui tukang
sepatu dan meminta cerita apa amalan yang dilakukannya sehingga
mengantarkan diterimanya ibadah haji seluurh umat Islam tahun itu? Lalu
tukang sepatu itu pun menceritakan ihwalnya, bahwa dia bersama isterinya
selama 30 tahun berencana untuk naik haji. Selama itu tiap hari,
minggu dan bulan dia menabung dan mengumpulkan uang untuk biaya naik haji
dari jasa membuat dan memperbaiki sepatu.
Tahun ini tabungan hajinya
bersama isteri sudah cukup dan dia berencana untuk naik haji. Namun apa yang terjadi?
Suatu hari isterinya mencium bau
harum masakan dari tetangganya. Karena
penasaran dengan harum masakan itu isteri tukang sepatu itu
memberanikan diri menghampiri tetangga dengan maksud ingin meminta
sedikit masakan sekedar ignin mencicipinya .
"Wahai tetangga yang baik,
hari ini saya mencium harumnya masakanmu, bolehkah saya mencicipi barang sedikit?" pinta isteri
tukang sepatu itu kepada tetangganya.
"Tuan puteri yang baik,
masakan ini tidak halal bagimu", jawab tetangga.
"Mengapa tidak halal?"
tanya isteri tukang sepatu itu dengan penasaran.
"Daging yang kami masak
adalah bangkai yang kami temukan di jalan. Kami
tidak tega melihat anak-anak kami kelaparan. Kami sudah
banting tulang mencari makanan yang lebih baik, tapi kami tidak
menemukannya. Akhirnya hanya bangkai ini yang kami temukan, lalu kami masak biar
anak-anak dan keluarga kami tidak semakin menderita"
Mendengar cerita itu, isteri
tukang sepatu itu sepontan pulang dan menceritakannya kepada suaminya. Si tukang sepatu tanpa
banyak bicara segera membuka tabungan haji yang dikumpulkannya selama 30
tahun dan dibawanya ke rumah tetangga. "Wahai tetangga yang
baik, ambillah semua uang ini untuk keperluan makan kamu dan keluargamu, ini
lah haji kami", kata tukang sepatu itu.
Perbuatan mulia tukang sepatu
itulah yang dijadikan Allah sebagai
penyebab diterimanya amalan ibadah haji seluruh jamaah
haji tahun itu.
Renungan:
Renungan:
Kisah di atas, menceritakan
betapa hati yang mulia dan baik selalu
mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah. Hati yang
baik mengantarkan kepada pemiliknya kepada perbuatan yang baik dan terpuji.
Hati yang baik mendatangkan pahala dan karunia Allah tidak hanya untuk si
pemiliknya, namun juga untuk seluruh umat manusia. Benarlah kata
Rasulullah "Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah, kalau
itu baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh".
Hati yang baik bukanlah sekedar
karunia dari Allah yang diberikan kepada
orang-orang tertentu saja, namun hati yang baik juga bisa
didapatkan dengan latihan dan pendidikan. Salah satu cara untuk
mendapatkan hati yang baik adalah dengan senantiasa membuka komunikasi hati
dan Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Baik, maka siapapun yang
selalu berkomunikasi kepdaNya akan mendapatkan pancaran kebaikan.
Semoga kita diberi karunia hati yang baik.