Keluarga
merupakan wadah tempat bimbingan dan latihan anak sejak manjalani
kehidupan mereka yang fana
ini. Dan diharapkan dari keluargalah
seseorang dapat menempuh kehidupannya secara dewasa. Keluarga juga
merupakan sebuah lembaga Pendidikan
anak, maka yang paling besar pengaruhnya adalah ibu
sebagai gurunya. Ditangan ibu
keberhasilan pendidikan anak-anaknya walaupun tentunya keikut-sertaan bapak
tidak dapat diabaikan begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting di dalam
mendidik anak-anaknya, terutama pada masa balita. Pendidikan di sini tidak
hanya dalam pengertian yang sempit. Pendidikan dalam keluarga dapat berarti
luas, yaitu pendidikan iman, moral, fisik/jasmani, intelektual, psikologis,
sosial, dan pendidikan seksual.
Peranan
ibu di dalam mendidik anaknya dibedakan menjadi tiga tugas penting, yaitu ibu
sebagai pemuas kebutuhan anak; ibu sebagai teladan ataau “model” peniruan anak dan ibu sebagai pemberi
stimulasi bagi perkembangan anak.
1.
Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak
Fungsi
ibu sebagai pemuas kebutuhan ini sangat besar artinya bagi anak, terutama pada
saat anak di dalam ketergantungan total terhadap ibunya, yang akan tetap
berlangsung sampai periode anak sekolah, bahkan sampai menjelang dewasa. Ibu
perlu menyediakan waktu bukan saja untuk selalu bersama tetapi untuk selalu
berinteraksi maupun berkomunikasi secara terbuka dengan anaknya.
Pada dasarnya
kebutuhan seseorang meliputi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Kebutuhan
fisik merupakan kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan
lain sebagainya. Kebutuhan psikis meliputi kebutuhan akan kasih
sayang, rasa aman, diterima dan dihargai. Sedang kebutuhan sosial
akan diperoleh anak dari kelompok di luar lingkungan keluarganya. Dalam
pemenuhan kebutuhan ini, ibu hendaknya memberi kesempatan bagi anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya. Kebutuhan spiritual, adalah
pendidikan yang menjadikan anak mengerti kewajiban kepada Allah, kepada
Rasul-Nya, orang tuanya dan sesama saudaranya. Dalam pendidikan spiritual, juga
mencakup mendidik anak berakhlak mulia, mengerti agama, bergaul dengan
teman-temannya dan menyayangi sesama saudaranya, menjadi tanggung jawab ayah
dan ibu. Sebagaimana Rasulullah saw Bersabda: “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid). Ibu
bapaknyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Seorang ibu harus mampu
menciptakan hubungan atau ikatan emosional dengan anaknya. Kasih sayang yang
diberikan ibu terhadap anaknya akan menimbulkan berbagai perasaan yang dapat
menunjang kehidupannya dengan orang lain. Cinta kasih yang diberikan ibu pada
anak akan mendasari bagaimana sikap anak terhadap orang lain. Seorang ibu yang
tidak mampu memberikan cinta kasih pada anak-anaknya akan menimbulkan perasaan
ditolak, perasaan ditolak ini akan berkembang menjadi perasaan dimusuhi. Anak
dalam perkembangannya akan menganggap bahwa orang lainpun seperti ibu atau
orang tuanya. Sehingga tanggapan anak terhadap orang lain juga akan bersifat
memusuhi, menentang atau agresi.
Seorang ibu yang mau
mendengarkan apa yang dikemukakan anaknya, menerima pendapatnya dan mampu
menciptakan komunikasi secara terbuka dengan anak, dapat mengembangkan perasaan
dihargai, diterima dan diakui keberadaanya. Untuk selanjutnya anak akan
mengenal apa arti hubungan di antara mereka dan akan mewarnai hubungan anak
dengan lingkungannya. Anak akan tahu bagaimanacara menghargai orang lain,
tenggang rasa dan komunikasi, sehingga dalam kehidupan dewasanya dia tidak akan
mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain.
2.
Ibu
sebagai teladan atau model bagi anaknya.
Ketika proses pendidikan anak berlangsung, seorang ibulah yang harus mampu
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku orangtua khususnya
ibu akan ditiru yang kemudian akan dijadikan panduan dalam perlaku anak, maka
ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang difirmankan
Allah dalam Surat Al-Furqaan ayat 74: “Ya
Tuhan kami, anugerahkanlah kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi golongan orang-orang yang
bertaqwa.”
Kalau kita
perhatikan naluri orang tua seperti yang Allah firmankan dalam Al Qur’an ini,
maka kita harus sadar bahwa orang tua senantiasa dituntut untuk menjadi teladan
yang baik di hadapan anaknya. Sejak anak lahir dari rahim seorang ibu, maka
ibulah yang banyak mewarnai dan mempengaruhi perkembangan pribadi, perilaku dan
akhlaq anak. Untuk membentuk perilakua anak yang baik tidak hanya melalui bil
lisan tetapi juga dengan bil hal yaitu mendidik anak lewat tingkah
laku. Sejak anak lahir ia akan selalu melihat dan mengamati gerak gerik atau tingkah laku
ibunya. Dari tingkah laku ibunya itulah anak akan senantiasa melihat dan meniru
yang kemudian diambil, dimiliki dan diterapkan dalam kehiduapnnya. Dalam
perkembangan anak proses identifikasi sudah mulai timbul berusia 3 – 5 tahun.
Pada saat ini anak cenderung menjadikan ibu yang merupakan orang yang dapat
memenuhi segala kebutuhannya maupun orang yang paling dekat dengan dirinya,
sebagai “model” atau teladan bagi sikap
maupun perilakunya. Anak akan mengambil, kemudian memiliki nilai-nilai, sikap
maupun perilaku ibu. Dari sini jelas bahwa perkembangan kepribadian anak
bermula dari keluarga, dengan cara anak mengambil nilai-nilai yang ditanamkan
orang tua baik secara sadar maupun tidak sadar.
3. Ibu sebagi pemberi stimuli bagi perkembangan anaknya
Waktu
kelahirannya,
pertumbuhan berbagai organ belum sepenuhnya lengkap. Perkembangan dari
organ-organ ini sangat ditentukan oleh rangsang yang diterima anak dari ibunya.
Rangsangan yang diberikan oleh ibu, akan memperkaya pengalaman dan mempunyai
pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Bila pada bulan-bulan
pertama anak kurang mendapatkan stimulasi visual maka perhatian terhadap
lingkungan sekitar kurang. Stimulasi verbal dari ibu akan sangat memperkaya
kemampuan bahasa anak. Kesediaan ibu untuk berbicara dengan anaknya akan
mengembangkan proses bicara anak. Jadi perkembangan mental anak akan sangat
ditentukan oleh seberapa rangsang yang diberikan ibu terhadap anaknya.
Rangsangan dapat berupa cerita-cerita, macam-macam alat permainan yang edukatif
maupun kesempatan untuk rekreasi yang dapat memperkaya pengalamannya. Sehingga
jelaslah
bahwa kunci keberhasilan seorang anak di kehidupannya sangat bergantung pada
ibu. Sikap ibu yang penuh kasih sayang, memberi kesempatan pada anak untuk
memperkaya pengalaman, menerima, menghargai dan dapat menjadi teladan yang
positif bagi anaknya, akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi
anak. Jadi dapat dikatakan bahwa bagaimana gambaran anak akan dirinya
ditentukan oleh interaksi yang dilakukan ibu dengan anak. Konsep diri anak akan
dirinya positif, apabila ibu dapat menerima anak sebagaimana adanya, sehingga
anak akan mengerti kekurangan maupun kelebihannya. Kemampuan seorang anak untuk
mengerti kekurangan maupun kelebihannya akan merupakan dasar bagi keseimbangan
mentalnya.